Rabu, 26 Februari 2014


BUDIDAYA SEMANGKA
(Citrullus vulgaris)
I. PENDAHULUAN
Tingkat dan kualitas produksi semangka di Indonesia masih tergolong rendah. Hal ini
disebabkan antara lain karena tanah yang keras, miskin unsur hara dan hormon,
pemupukan yang tidak berimbang, serangan hama dan penyakit tanaman, pengaruh cuaca
/iklim, serta teknis budidaya petani.
PT. Natural Nusantara berupaya membantu petani dalam peningkatan produksi secara
Kuantitas dan Kualitas dengan tetap memelihara Kelestarian lingkungan (Aspek K-3).
II. SYARAT PERTUMBUHAN
2.1. Iklim
Curah hujan ideal 40-50 mm/bulan. Seluruh areal pertanaman perlu sinar matahari
sejak terbit sampai tenggelam. Suhu optimal ± 250 C. Semangka cocok ditanam di
dataran rendah hingga ketinggian 600 m dpl.
2.2. Media Tanam
Kondisi tanah cukup gembur, kaya bahan organik, bukan tanah asam dan tanah
kebun/persawahan yang telah dikeringkan. Cocok pada jenis tanah geluh berpasir.
Keasaman tanah (pH) 6 - 6,7.
III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
3.1.1. Penyiapan Media Semai
Siapkan Natural GLIO : 1-2 kemasan Natural GLIO dicampur dengan 25-50 kg
pupuk kandang untuk lahan 1000 m2. Diamkan + 1 minggu di tempat teduh
dengan selalu menjaga kelembabannya dan sesekali diaduk (dibalik).
Campurkan tanah halus (telah diayak) 2 bagian atau 2 ember (volume 10 lt),
pupuk kandang matang yang telah diayak halus sebanyak 1 bagian atau 1
ember, TSP (± 50 gr) yang dilarutkan dalam 2 tutup POC NASA, dan Natural
GLIO yang sudah dikembangbiakkan dalam pupuk kandang (1-3 kg) .
Masukkan media semai ke dalam polybag kecil 8x10 cm sampai terisi hingga
90%.
3.1.2. Teknik Perkecambahan Benih
Benih dimasukkan ke dalam kain lalu diikat, kemudian direndam dalam
ramuan : 1 liter air hangat suhu 20-250C + 1 sendok POC NASA (direndam
8-12 jam). Benih dalam ikatan diambil, dibungkus koran kemudian diperam
1-2 hari. Jika ada yang berkecambah diambil untuk disemaikan dan jika
kering tambah air dan dibungkus kain kemudian dimasukkan koran lagi.
3.1.3. Semai Benih dan Pemeliharaan Bibit
Media semai disiram air bersih secukupnya. Benih terpilih yang calon akarnya
sudah sepanjang 2-3 mm, langsung disemai dalam polybag sedalam 1-1,5
cm.
Kantong persemaian diletakkan berderet agar terkena sinar matahari penuh.
Diberi perlindungan plastik transparan, salah satu ujung/pinggirnya terbuka.
Semprotkan POC NASA untuk memacu perkembangan bibit, dilakukan rutin
setiap 3 - 4 hari sekali. Penyiraman 1-2 kali sehari. Pada umur 12-14 hari
bibit siap ditanam.
3.2. Pengolahan Media Tanam
3.2.1. Pembukaan Lahan
Pembajakan sedalam + 30 cm, dihaluskan dan diratakan. Bersihkan lahan
dari sisa-sisa perakaran dan batu.
3.2.2. Pembentukan Bedengan
Lebar bedengan 6-8 m, tinggi bedengan minimum 20 cm.
3.2.3. Pengapuran
Penggunaan kapur per 1000 m2 pada pH tanah 4-5 diperlukan 150-200 kg
dolomit , pH 5-6 dibutuhkan 75-150 kg dolomit dan pH >6 dibutuhkan
dolomit sebanyak 50 kg.
3.2.4. Pemupukan Dasar
a) Pupuk kandang 600 kg/ha, diberikan pada permukaan bedengan
kurang lebih seminggu sebelum tanam.
b) Pupuk anorganik berupa TSP (200 kg/ha), ZA (140 kg/ha) dan KCl
(130 kg/ha).
c) Siramkan POC NASA yang telah dicampur air secukupnya diatas
bedengan dengan dosis + 1-2 botol/1000 m2. Hasil akan lebih bagus
jika POC NASA digantikan SUPER NASA, dosis 1-2 botol/1000 m2
dengan cara :
Alternatif 1 : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 3 liter air dijadikan
larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi
untuk menyiram bedengan.
Alternatif 2 : setiap 1 gembor volume 10 lt diberi 1 peres sendok makan
SUPER NASA untuk menyiram + 10 meter bedengan.
3.2.5. Lain-lain
Bedengan perlu disiangi, disiram dan diberi plastik mulsa dengan lebar 110-
150 cm agar menghambat penguapan air dan tumbuhnya tanaman liar. Di
atas mulsa dilapisi jerami kering setebal 2-3 cm untuk perambatan
semangka dan peletakan buah.
3.3. Teknik Penanaman
3.3.1. Pembuatan Lubang Tanaman
Dilakukan Satu minggu sebelum penanaman dengan kedalaman 8-10 cm.
Berjarak 20-30 cm dari tepi bedengan dengan jarak antara lubang sekitar 90-
100 cm.
3.3.2. Waktu Penanaman
Penanaman sebaiknya pagi atau sore hari kemudian bibit disiram hingga
cukup basah.
3.4. Pemeliharaan Tanaman
3.4.1. Penyulaman
Sebaiknya dilakukan 3 - 5 hari setelah tanam.
3.4.2. Penyiangan
Tanaman semangka cukup mempunyai dua buah saja, dengan pengaturan
cabang primer yang cenderung banyak. Dipelihara 2-3 cabang tanpa
memotong ranting sekunder. Perlu penyiangan pada ranting yang tidak
berguna, ujung cabang sekunder dipangkas dan disisakan 2 helai daun.
Cabang sekunder yang tumbuh pada ruas yang ada buah dipotong karena
mengganggu pertumbuhan buah.
3.4.3. Perempelan
Dilakukan perempelan tunas-tunas muda yang tidak berguna karena
mempengaruhi pertumbuhan pohon/buah semangka yang sedang
berkembang.
3.4.4. Pengairan dan Penyiraman
Pengairan melalui saluran diantara bedengan atau digembor dengan interval
4-6 hari. Volume pengairan tidak boleh berlebihan.
3.4.5. Pemupukan
Waktu Dosis pupuk makro (kg/ha)
ZA TSP KCl
Susulan I (3 hari) 40 - 40
Susulan II Daun 4-6 helai 120 85 80
Susulan III Batang 45-55 cm 170 - 30
Susulan IV Tanaman bunga 130 - 30
Susulan V Buah masih pentil 80 - 30
POC NASA ( per ha ) POC NASA disemprotkan ke
Mulai umur 1 minggu tanaman.
sampai 6 atau 7 minggu
POC NASA disemprotkan ke tanaman
alternatif 1 : 6-7 kali (interval 1 minggu sekali) dosis 4 tutup botol/tangki
alternatif 2 : 4 kali (interval 2 miinggu sekali) dosis 6 tutup botol/tangki
3.4.6. Waktu Penyemprotan HORMONIK
Semprotkan HORMONIK sejenis ZPT/hormon alami. Dosis HORMONIK : 1-2
cc/lt air atau 1-2 tutup HORMONIK + 3-4 tutup POC NASA setiap tangki
semprot. Penyemprotan pada umur 21 - 70 hari, interval 7 hari sekali.
3.4.7. Pemeliharaan Lain
Pilih buah yang cukup besar, terletak antara 1,0-1,5 m dari perakaran
tanaman, bentuk baik dan tidak cacat. Setiap tanaman diperlukan calon buah
1-2 buah, sisanya di pangkas. Semenjak calon buah ± 2 kg sering dibalik
guna menghindari warna yang kurang baik akibat ketidakmerataan terkena
sinar matahari.
3.5. Hama dan Penyakit
3.5.1 Hama
a. Thrips
Berukuran kecil ramping, warna kuning pucat kehitaman, mempunyai
sungut badan beruas-ruas. Cara penularan secara mengembara
dimalam hari, menetap dan berkembang biak. Pengendalian:
semprotkan Natural BVR atau Pestona.
b. Ulat Perusak Daun
Berwarna hijau dengan garis hitam/berwarna hijau bergaris kuning,
gejala : daun dimakan sampai tinggal lapisan lilinnya dan terlihat dari
jauh seperti berlubang. Pengendalian: dilakukan penyemprotan
Natural Vitura atau Pestona.
c. Tungau
Binatang kecil berwarna merah agak kekuningan/kehijauan berukuran
kecil mengisap cairan tanaman. Tandanya, tampak jaring-jaring
sarang binatang ini di bawah permukaan daun, warna dedaunan akan
pucat. Pengendalian: semprot Natural BVR atau Pestona.
d. Ulat Tanah
Berwarna hitam berbintik-bintik/bergaris-garis, panjang tubuh 2-5 cm,
aktif merusak dan bergerak pada malam hari. Menyerang daun,
terutama tunas-tunas muda, ulat dewasa memangsa pangkal
tanaman. Pengendalian: (1) penanaman secara serempak pada daerah
yang berdekatan untuk memutus siklus hidup hama dan
pemberantasan sarang ngengat disekitarnya; (2) pengendalian dengan
penyemprotan Natural Vitura/Virexi atau Pestona.
e. Lalat Buah
Ciri-ciri mempunyai sayap yang transparan berwarna kuning dengan
bercak-bercak dan mempunyai belalai. Tanda-tanda serangan :
terdapat bekas luka pada kulit buah (seperti tusukan belalai), daging
buah beraroma sedikit masam dan terlihat memar. Pengendalian :
membersihkan lingkungan, tanah bekas hama dibalikan dengan
dibajak/dicangkul, pemasangan perangkap lalat buah dan semprot
Pestona.
3.5.2. Penyakit
a. Layu Fusarium
Penyebab: lingkungan/situasi yang memungkinkan tumbuh jamur
(hawa yang terlalu lembab). Gejala: timbul kebusukan pada tanaman
yang tadinya lebat dan subur. Pengendalian: (1) dengan pergiliran
masa tanam dan menjaga kondisi lingkungan, menanam pada areal
baru yang belum ditanami, (2) pemberian Natural GLIO sebelum atau
pada saat tanam.
b. Bercak Daun
Penyebab: spora bibit penyakit terbawa angin dari tanaman lain yang
terserang. Gejala: permukaan daun terdapat bercak-bercak kuning
dan selanjutnya menjadi coklat akhirnya mengering dan mati, atau
terdapat rumbai-rumbai halus berwarna abu-abu/ungu. Pengendalian:
seperti pada penyakit layu fusarium.
c. Antraknosa
Penyebab: seperti penyakit layu fusarium. Gejala: daun terlihat
bercak-bercak coklat yang akhirnya berubah warna kemerahan dan
akhirnya daun mati. Bila menyerang buah, tampak bulatan berwarna
merah jambu yang lama kelamaan semakin meluas. Pengendalian:
seperti pengendalian penyakit layu fusarium.
d. Busuk Semai
Menyerang pada benih yang sedang disemaikan. Gejala: batang bibit
berwarna coklat, merambat dan rebah kemudian mati. Pengendalian:
pemberian Natural GLIO sebelum penyemaian di media semai.
e. Busuk Buah
Penyebab: jamur/bakteri patogen yang menginfeksi buah menjelang
masak dan aktif setelah buah mulai dipetik. Pengendalian: hindari dan
cegah terjadinya kerusakan kulit buah, baik selama pengangkutan
maupun penyimpanan, pemetikan buah dilakukan pada waktu siang
hari tidak berawan/hujan.
f. Karat Daun
Penyebab: virus yang terbawa oleh hama tanaman yang berkembang
pada daun tanaman. Gejala: daun melepuh, belang-belang, cenderung
berubah bentuk, tanaman kerdil dan timbul rekahan membujur pada
batang. Pengendalian: sama seperti penyakit layu fusarium.
Catatan : Jika pengendalian hama penyakit menggunakan pestisida
alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia. Agar
penyemprotan pestisida kimia dapat merata dan tidak mudah hilang
oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810 dengan dosis + 5
ml ( 1/2 tutup)/tangki.
3.6. Panen
3.6.1.Ciri dan Umur Panen
Umur panen setelah 70-100 hari setelah penanaman. Ciri-cirinya: terjadi
perubahan warna buah, dan batang buah mulai mengecil maka buah tersebut
bisa dipetik (dipanen).
3.6.2.Cara Panen
Pemetikan buah sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah sehingga buah
dalam kondisi kering permukaan kulitnya, dan tahan selama dalam
penyimpananan ataupun ditangan para pengecer. Sebaiknya pemotongan
buah semangka dilakukan beserta tangkainya